Senin, 25 Oktober 2010

Candi Sewu



Hm, Candi Sewu, merupakan Komplek Candi Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur. Terletak di ujung paling utara dari Taman Wisata Prambanan dan membuat komplek candi yang indah dan megah ini sepi pengunjung.


Bacpacker ke Candi Sewu

Untuk menuju ke Candi Sewu, caranya sama dengan pergi ke Candi Prambanan,

  >  Setelah dari Candi Prambanan kita dapat berjalan kaki ke utara sejauh 800 meter. Atau berjarak kurang lebih 300 meter dari Candi Bubrah. Jangan takut tersesat karena ada banyak papan penunjuk jalannya, bahkan saat kita berjalan menuju Komplek Candi LumbungCandi Bubrah dan Candi Sewu sudah terlihat dengan sangat jelas.

  >  Takut capek, bisa naik kereta kelinci dengan ongkos Rp 10.000,- yang mengitari Taman Wisata Prambanan [dan kita diberi kesempatan beberapa menit untuk sekedar berfoto disini]

Tak bisa dipungkiri lagi, jika kita menyebut legenda Loro Jonggrang dan keseribu candinya, pasti yang terlintas di benak kita adalah Candi Prambanan. Padahal, legenda tersebut mendasari dua komplek candi, yaitu Loro Jonggrang adalah milik Candi Prambanan dengan Arca Durganya dan keseribu candi milik Candi Sewu. Kedua komplek candi ini benar – benar beda, Candi Prambanan yang bercorak Hindu dan Candi Sewu yang bercorak Buddha. Karena kedua komplek candi ini berdekatan, maka dapat dipastikan bahwa kedua agama tersebut hidup berdampingan dengan damai dan harmonis pada masa lalu.

                        Candi Induk Candi Sewu Dalam Pemugaran / Renovasi
Komplek Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Walaupun menyandang gelar Sewu atau Seribu dalam bahasa Indonesia, nyatanya Candi Sewu hanya memiliki 249 buah candi, terdiri atas 1 candi utama, 8 candi pengapit atau candi antara, dan 240 candi perwara. Bedasarkan sebuah prasasti yang ditemukan di salah satu candi perwara Candi Sewu tahun 1960 dengan huruf Jawa Kuno bahasa Melayu Kuno berangka tahun 714 Saka (792M), nama asli Candi Sewu adalah Manjus’ri grha atau yang berarti Rumah Manjusri, salah satu Boddhisatwa ajaran agama Buddha. Candi Sewu diperkirakan dibangun pada ke-8 pada pemerintahan Rakai Panangkaran (746 – 784) dan selesai pada masa Rakai Pikatan.

Candi utama Candi Sewu memiliki bentuk poligon dengan 20 sudut dengan diamter 29 m. Tingggi bangunan mencapai 30 m dengan 9 atap yang memiliki stupa di puncaknya. Candi utama menghadap ke timur dengan pintu utamanya di sebelah timur, namun juga memiliki tiga pintu lainnya yang menghadap ke barat, utara dan selatan. Ruang dalam tubuh candi berbentuk kubus dengan dinding terbuat dari susunan bata merah. Candi utama juga dipenuhi ukiran dan pahatan relief.

Candi Sewu mempunyai 4 pintu gerbang menuju pelataran luar, yaitu di sisi timur, utara, barat, dan selatan, yang masing-masing dijaga oleh sepasang arca Dwarapala yang saling berhadapan. Arca Dwarapala ini memiliki tinggi 2,3 m dan diletakkan di atas lapik setinggi 1,2 m.

Candi sewu sendiri memiliki 240 bilik, namun jumlah arca yang ada hanya 50 dan itupun tanpa kepala, selaras dengan arsip pada zaman Belanda. Di bilik utama candi utama terdapat landasan arca berukir teratai. Sayangnya, arcanya yang terbuat dari perungu setinggi 3,6 m sudah tidak dapat diketemukan lagi.

Candi Sewu pertama kali ditelii oleh H.C.Cornellius pada tahun 1807. Lalu diikuti oleh Raffles (1817), J.W.Ijzerman (1885), Van Erp (1908), De Haan dan H.Maclain Pont (1915), N.J.Krom (1923), Stutterheim (1929), R.Soekmono (1960), J.Durmacay (1979), I Made Kusuma Jaya (1988), Kusen dkk (1993) dan IGN Anom. Penelitian lebih lengkap terhadap Komplek Candi Sewu dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengah 1981 dan berlangsung hingga sekarang, termasuk studi kelayakan dan pemugaran atas bangun – bangunan candi yang rusak beserta kedelapan dwarapala.

Saat kami kesini, di area Candi Sewu sedangkan diadakan syukuran atas selesainya pemugaran salah satu candi perwara (saya lupa nomor berapa candi perwara yang selesai dipugar tersebut) oleh BP3 Jateng. Seperti saya tuliskan di awal paragraf, Candi Sewu ini benar – benar sepi pengunjung, bahkan hanya kami bertigalah pengunjung satu – satunya dari Indonesia, lainnya merupakan turis – turis mancanegara walau dalam jumlah yang sedikit (wisatawan domestik yang naik kereta kelici ga saya hitung, soalnya hanya mampir sekedarnya, bahkan tidak mampir sama sekali). Hal tersebut menjadikan Candi Sewu seolah – olah milik kami sendiri, walau sedikit miris.

Candi utama Candi Sewu juga tengah mengalami pemugaran sehabis gempa bumi Yogyakarta 2006 silam dengan banyaknya reruntuhan candi utama di pelataran candi utama. Kerangka – kerangka besi bewarna kuningpun dipasang di keempat sudut candi utama untuk menunjang dan menahan tubuh candi utama.

                             Candi Induk Komplek Candi Sewu

Selepas mengunjungi Candi Sewu, maka kamipun kembali ke Candi Prambanan dan mendapati Candi Prambanan macet dan dipenuhi pengunjung. Keadaan yang kontras sekali dengan ketiga candi lainnya di Taman Wisata Prambanan ini yang sama – sama diakui dunia sebagai Warisan Dunia UNESCO Nomor 642.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar