Senin, 25 Oktober 2010

Candi Planggatan


Candi Planggatan

Hm, Setelah kepagian mengunjungi Candi Sukuh. Tujuan selanjutnya adalah Candi Planggatan. Dari halaman parkir Candi Sukuh terpampang sebuah papan putih kusam, kecil  dan teronggok di pojok bertuliskan Candi Planggatan. Sederhana, terlalu sederhana malah dan arah yang ditunjukkan tergolong ambigu.


Bacpacker ke Candi Planggatan

Untuk ke Candi Planggatan bukan perkara mudah, jarak yang tak tentu, dan tak adanya petunjuk jalan lain, apalagi jalan ke sana penuh tanjakan dan turunan curam serta jalan yang rusak disana – sini.

   >  Seperti yang sudah saya singgung di artikel Karanganyar, jika tak berkendara sendiri, satu – satu cara ke sini adalah dengan naik ojek. Untuk ke Candi ini, saya harus nambah biaya Rp 10.000,- dari kesepakatan awal setelah sebelumnya tawar – menawar.


Sebelumnya bertanya tentang bapak petugas Candi Sukuh tentang Candi Planggatan, dan hanya mendapat jawaban jarak Candi Sukuh – Candi Planggatan sekitar 4 – 5 km. Sepeda motor sering bergetar takala melewati jalanan yang rusak parah dan di kanan jalan sudah ada jurang yang siap menanti. Mas ojek yang sudah berpengalaman tampak tenang – tenang saja dan akhirnya jalan berubah menjadi jalan beton yang sempit, memasuki perumahan penduduk dan dikanan jalan tampak sebuah papan putih kehijauan yang sudah lusuh. Tibalah kami di Candi Planggatan.

                                                           Batu - Batu Candi Planggatan

Candi Planggatan hanya tinggal reruntuhannya saja, dimana ada beberapa pohon besar tumbuh diatas bebatuan gundukan batu yang merupakan batuan candid an bagian inti candi. Relief – relief candi tersebar di beberapa tempat, menyembul diantara tanah atau tersembunyi di balik batuan padas yang besar. Dan adanya yoni kecil yang rusak menandakan bahwa tempat ini adalah peninggalan Hindu.

Tak ada papan informasi di sini. Petugas penjaga yang bernama Pak Paryono juga sedang tidak ada. Walaupun tahu jalan ke sini, mas – mas ojek tak tahu menahu mengenai sejarah candi ini. Last Option internetlah sumber informasinya.

Candi Planggatan (Di papan Candi tertulis Situs Planggatan) berada di Dusun Tambak, Desa Plangatan, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Planggatan berada pada ketinggian 910 meter, berada di lahan seluas 4.460m2 yang dulunya merupakan tanah kas desa yang ditanami rumput gajah untuk pakan ternak. Setelah penemuan candi ini, maka BP3 Jawa Tengah mengambil alih kepemilikan tanah dan menetapkan Candi Planggatan sebagai Cagar Budaya.

Pada tahun 1985, BP3 melakukan penggalian sebanyak dua kali dan mendapati bahwa candi menghadap ke barat. Setelah itu tak ada penelitian lebih lanjut (kemungkinan tak adanya dana).

Diantara beberapa relief yang ada salah satunya menggambarkan sengkalan memet (sandi angka tahun) berupa Gajah Wiku, yaitu sosok setengah gajah, setengah manusia dengan belali ke bawah dan memakan bulan sabit dengan pakaian seorang wiku/ pendeta. Relief ini dibaca “Gajah wiku mangan wulan” dan diartikan 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Selisih 19 tahun dengan Candi Sukuh yang selesai tahun 1437 Masehi.

Disamping kanan relief gajah Wiku ini, terdapat prasasti berhuruf dan berbahasa kawi sebanyak empat baris yang berbunyi :

"padamel ira ra
ma balanggadawang
barnghyang punu
n dah nrawang"

Terjemahannya :
"Pembuatannya Rama Balanggadawang bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang"

Sayang sekali, relief gajah wiku kurang jelas akibat tertutup tanah dan relief di Candi Planggatan yang tipis dan serupa dengan relief – relief di Jawa Timur. Hal ini tak begitu mengherankan karena Candi Planggtan sendiri di bangun oleh prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum moksa ke Gunung Lawu.

Candi Planggatan juga sering dikunjungi orang untuk bersemedi walau tidak sebanyak orang yang bersemedi di Situs Menggung.


Candi Planggatan pernah diteliti oleh tim arkeologi dari Belanda pada tahun 1842. Tim ini meneliti situs purbakala di sekitar Gunung Lawu, termasuk Candi Ceto, Candi Sukuh, Candi Kethek serta beberapa candi lain yang belum sempat dinamai.

Diantara semua candi yang pernah saya kunjungi, candi ini adalah candi dengan nyamuk terbanyak. Begitu melangkahkan kaki sudah dikerumuni nyamuk. Nyamunknya besar – besar dan ganas. Mungkin candi yang lembab, teduh, banyak pohonnya jadi tempat yang ideal buat habitat para nyamuk ini. Hal ini pula yang mebuat ibu dan adik saya tidak betah berlama – lama di sini [ padahal saya masih betah :) ]. Disarankan untuk memakai lotion anti nyamuk sebelum kemari.

Harap diingat pula, perlu kesabaran untuk ke candi ini, selain masalah jalan dan miimnya papan informasi, masalah lainnya adalah minimnya juga penduduk yang tahu akan keberadaan candi ini. Tersesat sudah pasti. Jadi jangan malu – malu untuk bertanya ke penduduk sekitar, lagi dan lagi sampai Ketemu yang namanya Candi Planggatan ini.

                                                                     Candi Planggatan

          Sepertinya pemerintah setempat belum tergerak untuk mendanai Candi Planggatan hingga dapat direnovasi secara utuh. Apalagi jika ditilik dari batuan pagar pembatas candi yang brukuran besar, pastinya candi ini kelak akan berukuran besar. Ditambah, letak candi ini begitu strategis, karena dekat dengan Candi Sukuh, air terjun Jumog dan berada pada jalur alternatif menuju Tawangmangu serta pariwisata baru yang mulai dikembangkan, Telaga Madirdo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar