Sabtu, 29 Maret 2014

Arca Begadung


Arca Begadung
Sang Buddha Amitabha Tersembunyi Di Ladang Tebu

Hm, jika berjalan – jalan di Simpang Lima Gumul Kediri, coba tanyalah kepada warga sekitar mengenai tempat wisata yang berada tak jauh dari sana. Biasanya mereka akan menjawab Gumul Paradise Island Waterpark, Arca Totok Kerot ataupun Pamenang. Biasanya, saat akhir pekan atau liburan, banyak warga mengunjungi Arca Totok Kerot sambil membawa anak – anak mareka. Ternyata, tanpa banyak orang yang tahu, tak jauh dari Arca Totok Kerot terdapat beberapa situs bersejarah, salah satunya Arca Begadung yang terletak di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.

Menuju Arca Begadung

 >   Dari Kota Kediri maupun dari Pare, arahkan kendaraan ke Simpang Lima Gumul, lalu belok ke arah Pamenang. Selepas dari Arca Totok Kerot, terdapat perempatan kecil, belok kanan dan lajukan kendaraan sejauh 300 meter. Sebelum pertigaan pertama yang mengarah ke Sumber Gundhi, di sebelah kanan terdapat jalan tanah kecil di antara ladang tebu. Beloklah ke sana untuk melihat Arca Begadung. Jalan ini hanya bisa dilewati oleh sepeda motor, mobil parkir di tepi jalan raya dan melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 50 meter. Jika tersesat, tanyalah warga sekitar, apalagi jika tanaman tebu sedang tinggi – tingginya, Arca Begadung sulit terlihat dari jalan raya.

 > Jika menggunakan kendaraan umum, dari Kota Kediri maupun Pare naiklah angkot jurusan Pare atau Bis Puspa Indah jurusan Malang dan turun di Simpang Lima Gumul. Dari sini bisa naik ojek atau becak menuju lokasi.

Pos Kampling Ladang Tebu

Awalnya, saya tak tahu adanya situs purbakala lain di dekat Arca Totok Kerot, sampai warga sekitar bercerita panjang lebar mengenai struktur candi dari bata kuno yang dibongkar, adanya sumber air yang sering dijadikan tempat menepi sampai adanya sebuah arca di antara ladang tebu. Berdasarkan keterangan warga inilah yang menjadi panduan mencari Arca Begadung.

 
Pos Kampling Tempat Arca Begadung Berada

Letaknya memang tak jauh dari Arca Totok Kerot, hanya dipisahkan oleh sebuah sungai, tapi karena letaknya yang berada di tengah ladang tebu selalu membuatnya sukar dicari, apalagi saat tanaman tebu sedang meninggi, duh.

Arca Begadung sendiri berada di sebuah bangunan kecil mirip pos kampling. Dari jalan raya, biasanya akan terlihat genteng pos kampling ini. Begitu terlihat, jangan ragu berbelok kesana. Jika tersasar, jangan sungkan bertanya ke warga sekitar, daripada kesasar lagi dan pulang tanpa hasil.

Buddha Yang Terpenggal

Arca Begadung merupakan Arca Buddha, berdiri sendirian di tengah ladang. Kepalanya sendiri telah hilang sejak dahulu, kemungkinan dipotong dan di buang ke sungai atau dimaling orang tak bertanggung jawab. Tangan kanan arca ini juga rusak, terlihat sekali bekas dipotong oleh benda tajam seperti pedang atau cangkul. Bekas tebasan pedang juga terlihat jelas di Arca Totok Kerot. 

Tangan Terputus

Arca Begadung terbuat dari batu andesit. Warga sekitar juga menyebutnya sebagai Mbah Gadung atau Mbah Begadung. Kurang jelas mengapa warga sekitar menyebutnya Begadung. Beberapa warga yang sudah sepuhmengatakan bahwa arca tersebut memang sudah lama berada di sana dan memang sejak dari dulu disebut Begadung.

Arca Begadung sebenarnya merupakan Arca Buddha, lebih tepatnya Dhyani Buddha Amitabhadengan posisi tangan Dhyana mudra yang melambangkan semedi atau meditasi. Yap, saat pertama kali saya melihat arca ini langsung terkenang akan arca – arca luar biasa di Candi Borobudur !! Arca Begadung juga tak sembarangan membuatnya, pahatannya begitu halus. Ditubuh Arca Begadung dililit oleh hiasan selendang tipis. Pada bagian atas padmasana atau lapik arca terdapat hiasan lingkaran.

Posisi Tangan Dhyana mudra

Arca Begadung memiliki tinggi 80 cm, kira – kira setengah dari Arca Borobudur. Padmasana Arca yang terlihat, menonjol di antara lantai semennya sekitar 5 cm. Jika Arca Begadung disandingkan dengan Borobudur, berarti Arca Begadung menandakan arah barat. Kemungkinan besar masih terdapat arca – arca lainnya yang telah raib kemana atau terkubur di dalam tanah, juga struktur suatu Candi atau Wihara kuno yang menunggu untuk diketemukan.

Hindu – Buddha

Salah satu yang unik dari situs ini adalah, jika Arca Totok Kerotmerupakan arca Hindu Bhairawa, maka kemungkinan Candi di belakang Arca Totok Kerot (atau mungkin juga sebuah Keraton) juga berciri khas Hindu. Sementara di seberang sungainya terdapat Arca Begadung yang merupakan arca Buddha. Ini menandakan kedua agama ini telah hidup berdampingan dengan penuh rasa toleransi. Tak jauh berbeda dengan Candi Prambanan (Hindu) dan juga Candi Sewu (Buddha) yang letaknya juga berdampingan.

Arca Buddha Begadung

Sayangnya, Arca Begadung ini dalam kondisi menyedihkan, selain sendirian dan termutilasi, beberapa bagian arca ini menghitam akibat terkena asap dari dupa maupun kemenyan. Bukan hanya itu saja, Arca Begadung yang sudah disemen dengan erat ini ternyata hampir digondol maling pada bulan November 2013 lalu. Untungnya, usaha ini berhasil digagalkan masyarakat sekitar. Duh, kalau berhasil dimaling, satu lagi benda bersejarah, bukti akan majunya cita rasa seni leluhur kita akan hilang selamanya. Semoga Arca Begadung tetap berada di tempatnya, mendapatkan perawatan lebih baik sebagai jejak kejayaan dan keagungan Indonesia masa lampau, terutama di daerah Kediri Raya.

Panjalu Jayati, ndha !!

Rabu, 26 Maret 2014

Situs Telaga Buret


Situs Telaga Buret
Jejak Situs Purbakala Di Tepi Telaga

Hm, setelah dari Pantai Sine dan kesasar saat menuju Pantai Sanggrahan, akhirnya kami memutuskan menuju Telaga Buret yang terletak di Dusun Buret, Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung.

Menuju Situs Telaga Buret

 >   Dari arah Tulungagung, arahkan kendaraan menuju Pertigaan Pasar Campurdarat, belok kiri, lurus saja melewati pertambangan batu marmer. Ikuti jalan yang ada sampai tiba di Pertigaan Bandil ( SMA 1 Campurdarat), dari pertigaan ini belok kiri. Dari pertigaan Bandil banyak terdapat papan keterangan menuju Telaga Buret. Jarak dari pertigaan ke telaga sekitar 600 meter. Telaga terletak di kanan jalan, tepat sebelum tanjakan menuju Kecamatan Tanggunggunung.


 >   Kendaraan umum menuju Telaga Buret sudah sangat jarang. Yang ada hanya angkot yang ngetem di SMA 1 Campurdarat, itupun hanya saat jam pelajaran usai dan jumlahnya terbatas. Opsi lainnya, dari Terminal Gayatri Tulungagung bisa naik ojek ke lokasi, atau bisa juga naik angkot menuju Pasar Campurdarat dan dari pasar ini bisa dilajutkan menggunakan ojek.

Di Tepi Telaga Hijau

Perjalanan ini sebenarnya tak terencana, mumpung lewat, kami berbelok ke Telaga Buret dan menghabiskan sore hari di sini, ditemani segelas kopi hangat. Sebenarnya sih pengen es, tapi hanya ada satu warung yang buka, itupun hanya berjualan minuman panas seperti kopi atau teh panas, ya udah deh.

Umpak dan Bata Kuno Situs Telaga Buret

Perjalanan di Telaga Buret ternyata begitu menarik karena bukan hanya Telaga, akan tetapi juga terdapat Situs purbakala di tempat ini juga air terjun nan cantik !! Situs purbakala Telaga Buret terletak di tepi telaga bewarna hijau zamrud. Terdapat sebuah batu dakon besar di sini. Batu dakon ini disangga tiga buah umpak kuno dan disemen. Selain itu terdapat beberapa umpak dengan berbagai ukuran dan bentuk, ada yang berbentuk persegi maupun bundar. Selain umpak dan watu dakon, di sini juga terdapat batu lumpang dengan lubang di tengahnya.

Watu Lumpang Situs Telaga Buret 

Fungsi batu dakon sendiri masih diperdebatkan, ada yang berkata sebagai alat perhitungan hari, ada juga yang berkata batu dakon digunakan untuk ritual pertanian zaman dahulu dimana air hujan ditampung pada batu batu dakon dan air pertama yang menetes merupakan air yang suci. Masih belum cukup itu saja, batu dakon juga diperdebatkan mengenai usianya, ada yang berpendapat batu dakon digunakan masyarakat pra-sejarah sebelum adanya suatu Kerajaan. Sementara yang lainnya berpendapat bahwa batu dakon tetap eksis dari masa pra-sejarah sampai masa Kerajaan Hindu – Buddha.

Watu Dakon Situs Telaga Buret

Di dekat kumpulan artefak bersejarah tersebut juga terdapat sebaran bata kuno yang berukuran jauh lebih besar daripada bata masa sekarang. Dengan adanya umpak, menandakan adanya pemukiman pada masa lampau di daerah ini. Umpak – umpak ini digunakan sebagai penyangga tiang rumah yang dahulu terbuat dari kayu.

Dari Hutan

Artefak – artefak di tepi Telaga Buret ternyata sebagian besar berasal dari hutan di sekitar telaga. Warga sekitar yang kebetulan menemukannya secara inisiatif mengumpulkannya di satu tempat, di tepi telaga. Dahulu, benda bersejarah disini berlimpah dan beraneka ragam. Selain umpak, watu dakon maupun lumpang, dahulu juga terdapat prasasti batu dalam ukuran besar, arca gajah, arca nandi dan berbagai macam arca lainnya. 

 Situs Telaga Buret Dan Telaga Buret Nan Hijau

Banyaknya artefak bersejarah menandakan wilayah ini merupakan salah watu wilayah penting pada masa lampau. Sayangnya, saat terjadi peristiwa ikonoklastik yang melanda hampir di semua wilayah Indonesia, benda – benda bersejarah tersebut dirusak dan dibuang ke dasar Telaga yang berlumpur. 

Panorama Situs Telaga Buret Dan Telaga Buret Nan Hijau
--- Klik Untuk Perbesar --- 

Ah, siapa tahu saja di masa mendatang ada yang berinisiatif membawa peralatan menyelam sambil mengaduk – aduk lumpur di dasar telaga, siapa tahu akan menemukan kembali benda bersejarah tersebut dan menambal rentetan sejarah masa lampau Indonesia yang berlubang itu.

Jangan Lupa, Baca Juga ini