Minggu, 28 November 2010

Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Hm, Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terletak di Pondok Pesantren Tebuireng , Dusun Seblak, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Bacpacker ke Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Sebenarnya untuk kesini saya kurang tahu naik apa, soalnya saya ikut rombongan Musholla sebelah untuk kesini [plus Wali Limo, lima makam walisongo yang ada di Jawa Timur].

   > Dari beberapa sumber yang saya dapat ada bus ato angkot yang menuju ke Cukir, desa dimana Pesantren Tebuireng berada dari Terminal Bus Jombang. Dalam beberapa kunjungan saya ke Jombang banyak sekali papan petunjuk yang mengarah ke Tebuireng.

Sejarah Singkat


            Abdurrahman Wahid lahir pada 7 September 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil, anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan K.H. Wahid Hasyim dan Ny. Hj. Sholehah.

Pernah pindah ke Jakarta dan bersekolah di SD KRIS lalu pindah ke SD Matraman Perwari. Tahun 1954 pindah ke Yogyakarta dan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok Pesantren Krapyak dan belajar di SMP. Setelah lulus, pindah ke Magelang untuk memeruskan pendidikannya di Pesantren Tegalrejo. Tahun 1959 pindah ke Jomabng dan masuk ke pesantren Tambakberas.

Pernah mendapat beasiswa di Universitas Al-Azhar, kairo, Mesir serta Universitas Baghdad. Pernah berkeinginan masuk Univeritas Leiden, Belanda. Disini Gus Dur kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.

Gus Dur bergabung dengan Dewan Penasehat NU (Nahdlatul Ulama) setelah ditawari untuk ketiga kalinya oleh kakeknya. Darisinilah gus Dur memulai aktifitasnya dalam kancah politik Nusantara.

Peziarah Yang Menyemut Di Depan Makam Gus Dur


Januari 1998, Gus Dur terkena stroke. Mei 1998 terjadi kerusuhan hebat di Jakarta serta beberapa daerah lain. 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan BJ. Habibie. Juli 1998, Gus Dur menyetujui ide pembentukan PKB.

20 Oktober 1999, Gus Dur terpilih sebagai presiden RI ke-4. 21 Oktober 1999, Megawati Soekarno Putri terpilih menjadi wakil presiden. Setelah menjadi presiden, Gus Dur melakukan beberapa kebijakan, beberapa yang terkenal adalah perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua, Imlek menjadi hari libur nasional dan yang paling diingat adalah libur selama 28 hari ketika Bulan Ramadhan :D

Selama Gus Dur menjabat sebagai presiden muncul gejolak – gejolak politik dan akhirnya pada 23 Juli 2001 tugas Gus Dur sebagai Presiden RI digantikan oleh Megawati.

25 Juli 2001, Gus Dur pergi ke Amerika Serikat karena masalah kesehatan. Memang, sebelumnya Gus Dur juga mengalami berbagai masalah kesehatan seperti, gangguan penglihatan, stroke, diabetes dan ginjal. Karena komplikasi berbagai penyakit tersebut, Gus Dur meninggal 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada pukul 18.45. Menurut Salahuddin Wahid, Gus Dur wafat karena arteri yang tersumbat. Gus Dur lalu dimakamkan di Pesantren tebuireng.

Makam Gus Dur Kini

            Jalan menuju Pesantren Tebuireng sempit, bahkan sepertinya hanya muat untuk satu bus saja. Hampir tengah malam kami tiba di Makam Gus Dur dank arena waktu itu malam minggu dan bertepatan Bulan Ramadhan, pengunjung Makam Gus Dur masih membludak.

            Ada 2 tempat parkir bus, satu di tepi jalan raya dan jika parkir disini harus berjalan lebih jauh untuk mencapai makam. Pilihan lainnya pekir di halaman pesantren yang luas. Jika parkir disini maka jaraknya tak begitu jauh. Jalan menuju makam dihiasi aneka pedagang pernak – pernik islami, beberapa pedagang buah dan pedagang VCD rohani dengan sound system yang menggelegar. 

Makam gus Dur tampak sederhana dan dibatasi beberapa batu dan belum diberi kijing (hiasan makam) mengingat ini belum 1.000 hari wafatnya Gus Dur. Di depan makam terdapat cungkup kecil tempat peziarah berdoa. Saking kecilnya cungkup ini, maka tak semua peziarah  muat didalamnya. Disekeliling makam dibatasi dengan tali rafia dan ada tulisan besar untuk tidak memasuki areal makam serta larangan melempar uang ke makam (entah apa maksudnya ??), mengingat beberapa hari Gus Dur di makamkan disini, banyak peziarah yang berebut tanah serta bunga di makam Gus Dur dan demi tidak rusaknya makam.


            Pemkab Jombang punya rencana untuk merubah Makam Gus Dur menjadi obyek wisata religi  dengan menganggarkan dana sebanyak 145 Miliar !! Dana yang sangat fantastis !! Dana tersebut rencananya akan dibuat untuk memperlebar jalan serta membangun areal parkir bus khusus wisatawan/ peziarah yang datang kesini guna mengeng jasa beliau, terutama akan masalah penegakan HAM di Indonesia.


Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

UPDATE !!
Ketika tulisan ini selesai ditulis (28 November 2010), pihak Pemkab Jombang telah melakukan pelebaran jalan dengan sebelumnya memberikan peringatan kepada PKL (Pedagang Kaki Lima) yang berjualan di sepanjang jalan menuju Pesantren Tebu Ireng agar membongkar sendiri warung semi permanen mereka. Warung – warung PKL ini kebanyakan berada di Jl Irian Jaya. Dan semoga selain memperlebar jalan dan membuat lahan parkir, Pemkab Jombang juga memberikan lahan khusus bagi PKL tersebut.

Rabu, 24 November 2010

Candi Boyolangu / Candi Gayatri


Candi Boyolangu / Candi Gayatri

Hm, nama aslinya adalah Candi Boyolangu karena terletak di Dusun Dadapan, Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Namun, masyarakat lebih mengenalnya sebagai Candi Gayatri, bahkan papan petunjuknya juga bertuliskan Candi Gayatri.

Bacpacker ke Candi Boyolangu / Candi Gayatri

Candi Boyolangu merupakan satu – satunya candi yang sangat mudah dicapai menggunakan kendaraan umum di Tulungagung.

   >  Dari Terminal Tulungagung, kita dapat naik angkot menuju Candi Gayatri. Jika pengemudinya tak tahu [kayaknya ga mungkin] maka bilang aja berhenti di Puskesmas Boyolangu. Dari sini berjalan beberapa meter dan kita akan menemukan gang dengan gapura besar bertuliskan Gang Candi Gayatri.


   >  Biaya naik angkot Rp 3.000,-

   >  Memasuki gang, kita harus berjalan beberapa ratus meter menuju candinya. Jangan khawatir, Tulungagung sangat tidak pelit memberikan papan petunjuk aset wisata di daerahnya. Berjalanlah terus hingga melewati sebuah perempatan dan mendapati papan petunjuk candi yang mengarah tepat di depan candinya.

Candi Boyolangu = Candi Gayatri

Candi Boyolangu merupakan sebuah komplek percandian Buddha peninggalan Majapahit yang terdiri dari satu buah candi induk dan dua buah candi perwara, masing – masing berada di sebelah kanan dan kiri candi induk. Kesemuanya menghadap ke barat dan terbuat dari batu bata.

Papannya Bertuliskan Candi Boyolangu


Bangunan candi induk hanya tinggal kaki candinya dan terdiri dari dua tingkat. Bentuk bangunan bujur sangkar dengan panjang dan lebar 11,40 m dengan sisa ketinggian kurang lebih 2,30 m. Diatas candi induk terdapat arca Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap Dharmacakramuda. 

Bagian kepala dan tangan kiri serta telapak tangan kanan dari arca ini telah putus, namun kehalusan pahatannya masih dapat kita rasakan. Arca tersebut merupakan perwujudan dari Gayatri, salah satu anak dari Kertanegara, raja terakhir Singosari. Pada masa hidupnya, Gayatri terkenal sebagai pendeta wanita Buddha(Bhiksumi) kerajaan Majapahit dengan gelar Rajapadmi. Dari sinilah, masyarakat sekitar menyebut Candi Boyolangu dengan sebutan Candi Gayatri.

Disekitar candi induk pernah diketemukan tujuh umpak dengan dua umpak berangka tahun 1291 C (1369 M) dan 1322 C (1389 M). Dengan adanya umpak – umpak tersebut, diduga Candi Boyolangu disangkan tiang – tiang dengan atap yang terbuat dari bahan yang mudah rusak. Melihat dari angka tahunnya, Candi Boyolangu dibuat semasa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Dalam kitab Negarakertagama, candi Buddha ini disebut Prajnaparamitapuri dan daerahnya disebut Bhoyolango.

Candi Perwara 

Candi Perwara I Didekat Pintu Masuk

Candi Perwara II Yang Berada Paling Pojok


Kedua candi perwara berbentuk bujursangkar dengan panjang sisi – sisinya 5,80 meter. Keadaan kedua candi perwara ini telah rusak berat dan hanya menyisakan kaki candi. Dulu, di candi perwara ini terdapat beberapa arca, namun sekarang arca – aca tersebut tidak ada ditempat. Kemungkinan berada di Museum Daerah Tulungagung yang terletak tak jauh dari tempat ini. Entahlah, sebenarnya saya juga kurang tahu dan Pak Jupelnya saat itu sedang pergi ke Surabaya sedangkan anaknya yang mengantarkan saya kesini juga kurang begitu tahu sejarah candi ini [pokoknya terima kasih mas ya :D ]

Candi perwara di sebelah kanan candi induk (terletak paling pojok) masih dalam kondisi yang lebih bagus daripada candi perwara didekat pintu masuk. Candi perwara ini terbagi dalam tiga kolom dan masing – masing dipisahkan oleh tembok pembatas. Tembok – tembok pembatas ini dihiasi oleh motif  palang Yunani berjumlah tiga buah, namun hanya tembok di ujung yang paling dekat dengan candi induk yang masih tersisa pola hiasnya. Sedangkan di candi perwara yang terletak di dekat pintu masuk hanya terdapat beberapa umpak.

Candi Induk Candi Boyolangu / Candi Gayatri


     Komplek Candi Boyolangu yang diketemukan dari timbunan tanah tahun 1914 ini juga dihubungkan dengan Komplek Candi Sanggrahan yang terletak tak jauh dari tempat ini. Jika Candi Boyolangu digunakan sebagai pendharmaan Gayatri, maka dipercaya Candi Sanggrahan digunakan sebagai tempat peristirahatan rombongan pembawa jenazah Gayatri. Dan jika kita mengunjugi Candi Boyolangu, maka tak akan terasa lengkap jika kita tak mengunjungi Candi Sanggrahan.

Jumat, 19 November 2010

Arca Totok Kerot


Arca Totok Kerot

Hm, Arca Totok Kerot, terletak di Dusun Bulupasar, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Arca dwarapala yang seharusnya berpasangan ini hanya tinggal satu. 

 Bacpacker ke Arca Totok Kerot

Arca Totok Kerot terletak sekitar 6,5 Km dari pusat Kotamadya Kediri atau sekitar 2 Km dari Simpang Lima Gumul.

    >  Dari Terminal Kediri, bisa naik bus jurusan Malang dan turun di Simpang Lima Gumul. Atau, bisa juga naik angkot menuju Simpang Lima Gumul. Biaya sekitar Rp 3.000,-

    >  Dari sini, kita bisa jalan kaki atau naik ojek/ becak [tapi sangat jarang di daerah ini] sejauh 2 Km dengan mengikuti papan petunjuk yang bertuliskan PAGU.

    >  Pedomannya, setelah Simpang Lima Gumul, kita akan melewati pemukiman penduduk, selanjutnya melewati persawahan. Nah, sebelum memasuki desa selanjutnya, perhatikan kanan jalan, akan ada jalan yang langsung menuju arca. Mobil bisa langsung  lewat dan dari jalan desa tersebut, Arca Totok Kerot sudah terlihat.

Arca Totok kerot merupakan arca dwarapala setinggi tiga meter yang terbuat dari batu andesit. Keadaan Arca Totok Kerot sangat mengenaskan, tangan kirinya sudah menghilang dan ada retakan besar pada bahu kanannya. Arca Totok Kerot memakai kalung dan anting – anting bermotif tengkorak. Ada hiasan di dadanya, serta memakai aksesori di tangan, kaki, serta perutnya.

Arca Totok Kerot merupakan peninggalan Kerajaan Kediri karena adanya hiasan Candrakapala, berupa tengkorak bertaring diatas bulan sabit. Hiasan Candrakapala merupakan lambang dari Kerajaan Kediri dan hiasan ini terletak di atas kepala Arca Totok Kerot.

            Kemungkinan besar, Arca Totok Kerot merupakan pintu gerbang sebelah barat istana kerajaan atau juga merupakan pintu masuk ke sebuah candi. Entahlah, tak ada yang tahu karena tidak pernah dilakukannya penggalian disekitar arca.

Sejarah Penemuan

Arca Totok Kerot Sebelum Direnovasi, Difoto Sekitar Tahun 1986 - 1989


Sekitar tahun 1981, penduduk sekitar melaporkan ada benda besar dalam sebuah gundukan di tengah sawah dan berada di bawah pohon besar. Pada tahun itupulalah gundukan tersebut dibongkar hingga memperlihatkan sosok Arca Totok Kerot. Namun, penggalian hanya menampakkan setengah badan bagian atas dari arca.

Pada tahun 1983, pemerintah mulai memperbaiki daerah sekitar Arca Totok Kerot dengan membangun jalan menuju arca dan menutup gorong – gorong di depan arca. Arca Totok Kerot masih dibiarkan terbenam setengah badan di dalam tanah.
Tahun 2003, penggalian kembali dilakukan pada Arca Totok Kerot. Arca diangkat sepenuhnya dari dalam tanah dan dibuatkan tempat dudukan arca dari beton. Disekitar arca yang dulunya berpagarkan kayu mulai dibuatkan pagar dari besi. Kondisi arca dipercantik dengan dibuatkan taman kecil serta pos penjagaan.

Legenda
           
            Legenda bercerita bahwa Arca Totok Kerot merupakan penjelmaan dari Putri dari daerah Lodoyo, Blitar. Tersebutlah pada zaman dahulu sang putri ingin melamar Raja Joyoboyo dari Kerajaan Kediri. Raja Joyoboyo menolak lamaran tersebut hingga pecahlah perang antara kedua belah pihak. Kemenanganpun diraih oleh Kerajaan Kediri dan Raja Joyoboyo mengutuk sang putri menjadi batu berwujud raksasa.

            Masyarakat Kediri juga memiliki legenda tersendiri tentang Arca Totok Kerot. Masyarakta beranggapan bahwa Arca Totok Kerot terbenam separuh badan karena arca tersebut sangat berat, hingga tanah dibawah arca tidak kuat menopang berat arca. Kenyataannya, Arca Totok Kerot bukan tenggelam karena kelebihan berat badan dan kurang diet, melainkan penggalian yang tidak dilanjutkan.

            Masih ada legenda tentang Arca Totok Kerot. Legenda ini masih berkesinambungan dengan legenda diatas, bahkan lebih heboh daripada legenda berpindahnya Arca Ganesha Boro. Disebutkan bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindah dari tempat asalnya dan diletakkan di Alun – Alun Kota Kediri. Hanya dalam waktu semalam, Arca Totok Kerot tidak betah akan tempat barunya. Arca Totok Kerot mulai menyusun rencana melarikan diri.

            Pada tengah malam, tiba – tiba saja terkumpulah tujuh ekor sapi dan dua ekor gajah di alun – alun. Kesembilan hewan tersebut lalu menarik Arca Totok Kerot menuju Dusun Bulupasar, tempat asal sang arca. Karena Arca Totok Kerot teramat sangat berat (seperti legenda nomor dua), hanya beberapa meter saja, kesembilan hewan tersebut tidak kuat menarik arca dan meninggal karena kecapaian.

            Paginya, melihat Arca Totok Kerot telah berpindah tempat dan adanya hewan – hewan tak bernyawa disekitarnya, akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengembalikan lagi ke tempat asalnya. Legenda ini dipercaya terjadi sekitar tahun 80’an, berselang beberapa tahun semenjak Arca Totok Kerot diketemukan.

Kondisi Terkini

            Walaupun berada di tengah sawah,nyatanya Arca Totok Kerot ini sering dikunjungi wisatawan, apalagi kalau hari libur. Sayangnya, wisatawab hanya singgah beberapa menit kesini setelah sebelumnya sekadar berfoto dan mengagumi kemegahan arca tersebut. Plus masih ada pedagang makanan yang setia berjualan disini.



Arca Totok Kerot Sudut – Sudut Lainnya

            Saat saya berkunjung kemari, tampak beberapa wisatawan silih berganti ke situs ini. Beberapa naik kendaraan bermotor dengan membonceng anak – anak mereka yang tampak antusias melihat Arca Totok Kerot. Bahkan ada anak kecil yang awalnya sangat bersemangat melihat arca hingga rebut sendiri di dalam mobil, namun langsung menangis ketakutan karena melihat rupa arca yang mengerikan.

            Anehnya, saat saya meminta izin masuk ke dalam situs ke juru peliharanya, saya dilarang masuk. Katanya tidak boleh tanpa disertai penjelasan ilmiah dan masuk akal. Hal yang sangat aneh, padahal Arca Dwarapala di Singosari atau Arca Ganesha Boro boleh dimasuki, dipeluk – peluk dan diajak foto bersama. Pada zaman dahulu, Arca Totok Kerot yang masih terbenam juga boleh dimasuki.
           
            Ya udahlah, karena tidak boleh masuk, berarti hanya bisa memfoto dari luar pagar. Saat saya sedang memfoto inilah saya kembali didekati Jupel situs dan bertanya,
            “ Masnya mau naruh apa ?? Kalau mau naruh sesuatu boleh masuk kok, “
Kontan saja saya mau tertawa, lha wong saya cuma mau melihat arca yang terkenal seantero Kediri ini dari dekat (juga kepengen tahu kehalusan arcanya, apakah lebih halus dari Arca Gayatri di Candi Boyolangu) dengan tersenyumpun saya menolaknya. Kalau ga boleh masuk ya ga usah masuk, simple ! Ternyata kalau diperhatikan ada seseorang menaruh untaian buah kedondong belum masak di tangan kanan arca.
Arca Totok Kerot 

            Hm, mungkin kalau tempat ini dikelola secara maksimal seperti dibuat taman misalnya, bisa menadatangkan keuntungan ke Pemkab Kediri; mengingat hanya setengah jam saja saya disana, puluhan wisatawan datang mengunjungi Arca Totok Kerot.