Kamis, 04 November 2010

Kemuning Tea Walk


Kemuning Tea Walk

Hm, jika kita mengunjungi Candi Ceto, maka kita harus melewati kebun teh di Kecamatan Kemuning, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Bacpacker ke Kemuning Tea Walk

Jika tak mebawa kendaraan pribadi, maka satu – satunya jalan menuju Kemuning adalah dengan naik ojek.

   >  Seperti yang sudah saya jelaskan di artikel Karanganyar, ojek Candi Sukuh – Candi Ceto ditarik Rp 40.000,- (biasanya Rp 50.000,-) Pergi – Pulang.

   >  Alternatif lainnya, kita bisa naik bus ¾ dari Terminal Karangpandan dan turun di Terminal Kemuning yang merupakan terminal terakhir dan terletak di tempat yang lebih tinggi serta dikeliling kebun teh.

   > Ojek dari sini Rp 18.000,- entah untuk PP atau sekali jalan.

   >  Jika kita kuat, maka kita bisa berjalan kaki menyusuri perkebunan teh menuju Candi Ceto.

Pemandangan yang ditawarkan disini benar – benar spektakuler, berbukit – bukit dengan dipenuhi oleh warna hijau. Tak heran, banyak remaja bersepeda motor disini dan memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, dimana terdapat spot pemandangan yang menarik.

Karena berada di ketinggian sekitar 800 – 1.540 mdpl dan masih berada di lereng Gunung Lawu. Suasana di sekitar perkebunan teh benar – benar sejuk dengan suhu sekitar 21,50C. Jika keadaannya cerah dan tak berkabut, maka kita bisa memandang Kota Solo dari sini.

Di sekitar kebun teh, kita akan banyak menjumpai tenda – tenda warung makanan. Ternyata, banyak pula warga dari kota sekitar Karanganyar yang suka menjajal kuliner disini sembari menikmati pemandangan kebun teh.

Pabrik tehnya sendiri berada di dekat Terminal Kemuning. Jika kita sempat, kita bisa berkunjung kesana. Saat pergi dan pulang dari Candi Ceto, kami selalu dikejar gerimis. Maka, cepat – cepat memotret kesana – kemari. Dalam perjalanan pulang pula, kami berpapasan dengan rombongan ibu – ibu yang baru saja selesai memetik teh.

                                         Kebun Teh Kemuning

Pemandangan indah di Kebun Teh Kemuning ini benar – benar indah dipandangan mata dan cocok menjadi alternatif tempat wisata. Sayang, kami tak bisa berlama – lama menikmatinya karena selain dikejar hujan, kami harus menuju ke Astana Giribangun, tempat peristirahatan terakhir mantan Presiden Soeharto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar