Candi Begadung
Penemuan Candi Terbaru Di Tengah Anjuk Ladang
Hm, tak ada yang mengira penggalian tanah urug yang dilakukan seorang warga berbuah penemuan sebuah candi berbahan batu bata. Penemuan tersebut terletak di tengah pusat Kota Nganjuk, tepatnya di Desa Begadung, Kecamatan Nganjuk, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Menuju ke Candi Begadung
Karena letaknya di tengah kota, Candi Begadung sangat mudah dicapai. Dari perempatan Terminal Lama, terus ke utara, ke Jl. Barito, melewati Stadion baru Nganjuk. Setelah SMK PGRI 1 di kanan jalan, akan ada perempatan kecil bertuliskan Jl. Serayu.
Belok ke Jl. Serayu, sekitar 100 meter di sebelah kiri jalan sebelum Masjid Begadung terdapat jalan kecil dengan atribut “Penemuan Candi”. Ikuti saja jalan kecil tersebut hingga bertemu tumpukan bata di halaman rumah orang. Nah, jika kalian malah bertemu SMP Negeri 4 atau sampai ke bypass, berarti kalian kebablasan dan saatnya putar arah dan mencari Jl. Serayu. Bagi yang tidak membawa kendaraan sendiri, bisa naik bis, lalu lanjut menaiki angkot atau becak ke lokasi.
Awal Penemuan
Pada hari Jumat, 11 Oktober 2013, Pak Kartoyo menggali tanah di belakang rumahnya untuk tanah urug. Tak sampai setengah meter dia menggali, cangkulnya mengenai tatanan bata kuno yang berukuran besar. Bata – bata kuno ini kemudian ada yang dibongkar dan melanjutkan penggalian sedalam tiga meter sebelum akhirnya menyadari bahwa bata – bata tersebut merupakan peninggalan purbakala. Wargapun melapor ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbuda) Nganjuk dan penggalianpun dihentikan.
Lubang Candi Begadung
Setelah penemuan ini tersebar luas, masyarakat berbondong – bondong datang melihatnya, apalagi setelah beberapa media masa seperti JTV dan TVRI juga turut meliput penemuan ini.
Dengan ramainya orang yang penasaran akan penemuan ini, tentu saja warga sekitar bagai ketiban rejeki. Mereka segera membuka warung makanan dan minuman dadakan. Papan keterangan penemuan candi dan papan lokasi parkir segera dipasang, juga tak ketinggalan kotak sumbangan.
Candi Begadung dan Lubang Air
Nah, pada hari Rabu, 23 Oktober 2013, jam setengah tujuh pagi kami sampai di tempat ini. Karena masih pagi, otomatis kami jadi pengunjung pertama di pagi hari itu. Lokasi penemuan Candinya berada di halaman belakang rumah warga, dekat kandang sapi dan kambing. Dalam perjalanan menuju Candi dari tempat parkir, kita akan disuguhi pemandangan tumpukan bata kuno di depan halaman rumah seorang warga. Bata kuno ini memiliki ukuran yang jauh lebih besar daripada bata masa sekarang, dengan ukuran panjang 30 hingga 40 centimeter dan lebar 16 centimeter serta tebal 5 centimeter. Di bagian paling depan bawah tumpukan bata kuno ini terdapat bata – bata melengkung. Apakah bata – bata melengkung ini bagian dari stupa ? Bibir sumur ? Atau lekukan relung candi ? Saking banyaknya bata disini dan takut di ambil pengunjung, warga sekitar sampai memasang tulisan peringatan “dilarang mengambil batu bata”.
Lanjut ke halaman belakang, kita akan disuguhi lubang tempat candi berada. Dari atas langsung nampak struktur bata kuno memenuhi dinding lubang tersebut. Di dasar lubang terdapat genangan air, entah air kubangan hujan beberapa hari belakangan atau air sumber bawah tanah. Airnya bewarna keruh.
Tumpukan Bata Candi Begadung dan Bata Lengkung
Di dalam lubang Candi ini terdapat tangga kayu bagi masyarakat yang ingin turun ke bawah untuk melihat struktur bata kuno lebih dekat. Atau bisa juga tangga itu disediakan supaya masyarakat bisa mengambil air dari dasar lubang karena di bawahnya juga telah disediakan gayung dan corong plastik. Konon air tersebut mampu menyembuhkan segala penyakit dan untuk mengalap berkah. Ya, sekali lagi, saya ga yakin ini air apa, karena melihat foto dan video awal penemuan tak ada kubangan air disini :))
Bata Candi
Masyarakat disini menyatakan kepada saya, bahwa struktur bata ini merupakan Candi. Mereka mengacu pada pernyataan para ahli dari BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya yang dulunya bernama BP3) yang datang meneliti pada hari Selasa, 22 Oktober sampai Senin, 28 Oktober 2013. Struktur bata disini terlihat tipis dan tidak rata. Kemungkinan besar ini bagian dalam candi (batu isian). Selain struktur bata, di sekitar lokasi ini banyak diketemukan pecahan gerabah kuno, pecahan keramik kuno serta uang kepeng kuno.
Struktur Bata Candi Begadung
Mengenai tipisnya bata, ada beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa semakin tipis suatu bata, maka semakin muda usia peradabannya sementara semakin tebal suatu bata, maka semakin tua usia peradabannya. Karena batanya tipis, apakah struktur ini berasal dari masa Kerajaan Majapahit ?
Tangga, Gayung, Kubangan Air dan Dupa
Sementara itu, sekitar 5 kilometer di selatan Candi Begadung terdapat Candi Lor yang terbuat dari bata merah era Mpu Sindok dari Kerajaan Medang. Masyarakat Nganjuk lebih mengenalnya dengan sebutan Candi Boto (Candi Bata). Di sekitar Candi Lor pernah diketemukan prasasti yang memuat nama Anjuk Ladang dan sekarang berubah menjadi Nganjuk. Apakah Candi Lor dan Candi Begadung berhubungan dan memiliki jalinan sejarah yang serupa ? Yah, lagi – lagi, sepertinya kita harus menunggu hasil penelitian dari BPCB Trowulan.
Candi Begadung, Candi Di Dalam Tanah
Nah, bagi kalian penggemar sejarah dan terutama warga Nganjuk yang ingin melihat peninggalan sejarah nan hebat di kotanya (ingat, bata – bata ini tidak direkatkan menggunakan semen lho), jangan ragu dan segeralah berkunjung ke tempat ini. Masalahnya, jika Pemkab Nganjuk dan BPCB tidak mau mengucurkan dana, maka setelah diteliti dan dinyatakan temuan ini kurang istimewa, maka Candi Begadung ini hanya akan di data, kemudian dilupakan, terlupakan dan lubang Candi akan ditimbun kembali. Padahal jika dikembangkan, Candi Begadung bisa menjadi tujuan wisata potensial mengingat letaknya di tengah kota, dekat dengan Stasiun, Stadion Nganjuk yang baru dan juga berada di kawasan sekolah. Semoga saja nasib Candi Begadung akan membaik di masa mendatang. Semoga…
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar