Selasa, 30 Agustus 2011

Makam Sunan Giri



Hm, Makam Sunan Giri terletak di Bukit Giri, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Bacpacker ke Makam Sunan Giri

  >  Untuk kesini, dari arah Surabaya bisa naik bus jurusan Gresik. Dari Terminal Gresik bisa naik angkot menuju Makam Sunan Giri.

  >  Dari pelataran parkir, untuk menuju makam bisa menggunakan ojek, dokar atau jalan kaki mendaki ratusan anak tangga ke atas bukit

Sejarah Singkat

            Sunan Giri yang juga bernama Raden paku lahir di Blambangan pada tahun 1442. Sunan Giri sendiri merupakan anak dari Maulana Ishaq yang menikah dengan Dewi
Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.

            Maulana Ishaq yang menjadi ulama di Pasai menyuruh Raden Paku mendirikan pesantren di Gresik. Pesantren tersebut bernama Giri kedaton dan terletak di Bukit Giri. Giri sendiri berarti Gunung. Raden paku mengangkat dirinya sebagai pemimpin bergelar Prabu Satmata, atau Sunan Giri I. Lama – kelamaan Pesantren Giri Kedaton semakin berkembang dan menjadi Kerajaan Islam kecil yang tetap bernama Giri Kedaton.
 
            Sunan Giri sendiri merupakan murid dari Sunan Ampel. Selain mendakwah, Sunan Giri menciptakan beberapa kesenian, diantaranya adalah permainan anak Jelungan, Lir - Ilir dan Cublak – Cublak Suweng, serta beberapa gending seperti Asmaradana  dan Pucung. Sayang sekali, beberapa diantaranya terancam punah seperti permainan tradisonal yang sekarang jarang dimainkan oleh anak – anak, bahkan banyak yang tak tahu permainan tersebut (tahunya cuma main PS aja).

Makam Sunan Giri Kini

            Seperti makam walisongo lainnya, disini telah tersedia tempat parkir khusus bus peziarah dan wisatawan. Seperti yang saya ulas diatas, Makam Sunan Giri berada di atas bukit, maka dari itu dari tempat parkir kita harus berjalan mendaki keatas. Jangan khawatir capek, karena disini banyak tersedia dokar atau ojekyang siap mengantar wisatawan ke makam. Tarif ojek Rp 2.000,- sekali jalan dan dokar ± Rp 10.000,- untuk perjalanan turunnya, tergantung juga berapa kita menawar dan seberapa banyak penumpangnya (jika perjalanan naik, maka harganya lebih mahal).

            Sehabis naik ojek atau dokar, kita harus naik anak tangga lagi untuk menuju makam. Di sepanjang anak tangga banyak terdapat pedagang makanan dan cinderamata serta yang tak ketinggalan adalah para pengemis yang menyemut.

            Diantara anak tangga ini terdapat gapura bentar dari batu bata dengan hiasan gunungan di kaki gapura serta terdapat patung singa dalam keadaan aus (rusak). Di anak tangga ini terdapat banyak pohon, diantaranya pohon asam yang dari penuturan penduduk setempat merupakan pohon asam yang ditanam Sunan Giri kala masih hidup. Bahkan, masyarakat sekitar berujar bahwa mereka tidak berhak atas tanah di sekitar Makam Sunan Giri dan tanah tersebut masih milik Sunan Giri. Sekarang, daerah di sekitar makam Sunan Giri dikelola oleh Yayasan Sunan Giri, tapi apakah pemilik yayasan merupakan penerus dari Giri Kedaton setelah serangan VOC tahun 1680 yang membuat Kerajaan Giri Kedaton berakhir, hm, perlu banyak tanya lagi….

            Makam Sunan Giri sendiri berada di dalam cungkup yang dihiasi banyak ornamen dengan motif sulur tanaman. Pintu masuk makam dibuat rendah sehingga pengunjung harus merunduk agar tidak terbentur. Hal ini disengaja sebagai penghormatan kepada Sunan Giri. 

Komplek Makam Sunan Giri berada pada teras paling tinggi dan dikelilingi banyak makam lainnya. Sebagai pembatas antar teras digunakan batu bata dan rongganya diisi batu koral. Hal ini mengingatkan saya akan Candi Gembirowati di Yogyakarta dan Makam Sunan Drajat.

Beberapa oleh – oleh yang banyak dijajakan adalah keripik bayam. Bayam dibalut tepung dan digoreng kering, hasilnya mirip rempeyekdan rasanya keras di beberapa bagian (tidak disarankan sebagai oleh – oleh untuk kakek dan nenek di rumah :P ). Bisa juga membeli aneka makanan tradisonal khas Gresik. Karena berada di tempat wisata, harganya diberandol agak tinggi padahal jumlahnya sedikit dan kecil – kecil.

Hal paling berkesan disini adalah saat naik dokar malam hari dengan penerangan lampu teplok kecil. Rasanya seperti dilempar pada zaman dahulu. Apalagi saat malam hari suasananya benar – benar hening, beda sekali waktu saya kesini untuk kedua kalinya, mana siang hari, pas bulan Ramadhan dan pada hari Minggu, suasana makam hiruk - pikuk dan macet karena terlalu banyak peziarah dan kebanyakan ibu – ibu dengan anak kecil yang semenjak dari pelataran parkir memborong semua dokar untuk menuju ke makam. Haaahh, naik ojek deh jadinya :D

Agak bawah dari Makam Sunan Giri terdapat makam Sunan Prapen, cucu dari Sunan Giri dan dibawah pemerintahan Sunan Prapen inilah Kerajaan Giri Kedaton berada pada masa keemasannya. Karena dikejar waktu, maka sayang sekali saya tidak bisa mengunjungi makam tersebut.

 Peta Wisata dan Jalur Angkot Gresik (Klik Untuk Memperbesar)

Perlu diingat juga, seperti makam wali lainnya, kita dilarang memfoto makam Sunan Giri, beda dengan Makam Sunan Ampel, banyak petugas yang hilir mudik disekitar makam. Walaupun bisa mencuri kesempatan, alangkah baiknya untuk menghormati keyakinan masyarakat disana.


Makam Sunan Giri atau Raden Paku (Courtesy Harian Surya)

Catatan:
Artikel ini menyambung artikel tentang makam para Wali yang saya posting sebelumnya saat mengikuti acara wisata religi masjid dekat rumah pada tahun 2010 ^^

Sekalian,
Mumpung Ramadhan
Saya turut mengucapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar