Dari Prabu Anom sampai Prabu Dhoho
Hm, memasuki Bulan Syuro yang dimulai pada tanggal 5 November 2013, sepertinya di tlatah Jawa ini dipenuhi berbagai macam acara, mulai dari Grebeg Syuro, ruwatan, jamasan pusaka, pagelaran wayang kulit hingga acara bersih desa. Kali ini pada Selasa Kliwon, 12 November 2013 saya diajak menyaksikan kirab dan Bersih Desa Doko yang dipusatkan di Situs Pangeran Prabu Anom, Ki Ageng Dhoko dan Ki Ageng Dhoho. Tempat tersebut mudah dijangkau kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, tepatnya terletak di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
Menuju ke Situs Prabu Anom
Dari arah Kota Kediri, Nganjuk, maupun Surabaya, arahkan kendaraan ke Katang (arah menuju ke Pare). Dari pertigaan Katang (Kantor Bupati Kediri), lurus saja sekitar 200 meter. Di tepi jalan dekat bengkel Prima AC terdapat jalan kecil ke kanan.
Belok kanan melewati Balai Desa Sukorejo, lurus saja mengikuti petunjuk yang ada hingga mentok. Situs terdapat di kiri jalan. Jarak dari situs dengan jalan raya hanya terpaut 200 meter.
Jika menggunakan kendaraan umum, bisa naik bis kecil jurusan Malang atau naik angkot ke Pare dan minta turun di Prabu Anom atau Balai Desa Sukorejo. Setelah itu dilanjutkan berjalan kaki selama 5 – 10 menit.
Kirab dan Bersih Desa Prabu Anom
(KLIK FOTO UNTUK PERBESAR)
Ritual Bersih Desa Doko merupakan acara tahunan yang digelar cukup meriah. Acara dimulai pagi harinya di Situs Prabu Anom,masyarakat Desa Doko tak peduli beragama apa, maupun dari ras mana, mereka semua dengan penuh semangat beramai – ramai datang ke Situs Prabu Anom membawa kotak nasi maupun besek yang terbuat dari pelepah batang pisang. Tak ketinggalan pula, warga Desa Doko wajib membawa badek (hasil fermentasi air tape) dan bunga setaman yang biasanya dipakai menabur bunga di pemakaman. Kotak nasi ini kemudian ditata berjejer di meja di tepi makam, sementara bunganya ditumpuk dalam wadah khusus.
Foto – Foto Situs Bersejarah di Kediri
Dalam acara Bersih Desa ini juga terdapat kirab yang di ikuti berbagai elemen masyarakat mulai dari warga desa setempat, anggota Majapahitan sampai dari Padepokan Garuda Mukha Kota Kediri. Kirab ini dimulai jam delapan pagi dengan titik pemberangkatan dari rumah juru kunci dan berakhir di Situs Prabu Anom. Jaraknya memang tak begitu jauh, tapi antusias masyarakat benar – benar ramai. Jalanan desa dipadati warga mulai dari orang tua sampai anak kecil yang bergerombol di tepi jalan untuk menyaksikan acara kirab ini. Tak ketinggalan pula para wartawan berjubel meliput prosesi acara ini mulai dari awal sampai akhir. Selain itu masih ada pameran foto situs – situs bersejarah yang ada di seantero daerah Kediri. Hm, bisa jadi referensi blusukan selanjutnya :D
Pada bagian depan rombongan kirab terdapat para gadis desa yang membawa sesajen. Beberapa gadis di belakangnya berjalan dengan berlenggak – lenggok penuh gemulai. Tak ketinggalan pula sebuah Gunungan yang berisikan aneka sayuran serta buah – buahan. Dalam perjalanan ini, dupa – dupa terus dinyalakan, kemudian ditancapkan di makam Prabu Anom.
Kirab Menuju Makam Prabu Anom
Setelah sampai di Situs Prabu Anom, para gadis yang berlenggak – lenggok tadi mulai menyebar menaburkan bunga yang dibawa masyarakat ke makam – makam yang ada di situs ini. Makam di Situs Prabu Anom ada puluhan dan entah itu makam asli ato bata kuno yang dibentuk menyerupai makam. Makam utama seperti makam Prabu Anom terletak di Cepuri yang letaknya di depan pendopo situs, dikelilingi pagar bata. Beberapa orang yang mengikuti kirab mulai “sungkem” di Cepuri, dimulai dari juru kunci situs beserta tiga orang pesinden desa.
Saat prosesi ini berlangsung, pembawa acara menceritakan sejarah Prabu Anom, Prabu Dhoko beserta Prabu Dhoho dengan bahasa jawa kromo inggil. Kemudian ketiga sinden desa kembali sungkem di karpet merah kemudian menari dengan lemah gemulai. Masyarakat sudah mulai bergerombol di tepi makam, bersiap memperebutkan nasi kotak serta gunungan sayur dan buah yang dibawa saat prosesi kirab.
Prosesi Di Makam Prabu Anom
Acara bersih desa disini cukup unik, jika ditempat lain setelah berdoa bersama, nasi kotak maupun besek yang mereka bawa akan ditukarkan dengan milik warga lain, maka disini warga harus saling berebut, mereka boleh membawa dua sampai tiga nasi kotak. Pokoknya siapa yang paling gesit, dia bisa membawa pulang banyak nasi. Kali ini saya ikut berbut Gunungan, dapat satu ikat sayur bayam yang sudah layu. Lumayan, setelah selama ini bisa ikut berebut Gunungan. Niatnya sih bayamnya mau dikasih makan ke kambing, tapi kaga nemu kambing dalam perjalanan ini, weww…
Berebut Nasi Selametan, Setelah itu warga membubarkan diri
Acara Bersih Desa Doko memang selalu ramai, banyak sponsor ikut dalam acara ini. Saking ramainya, acara ini dijaga polisi dan TNI, serta masuk agenda wisata budaya Kabupaten Kediri bersanding dengan acara Syuroan di Petilasan Prabu Joyoboyo Pamenang. Setelah acara berebut gunungan dan nasi kotak selesai, masyarakat mulai membubarkan diri, termasuk saya, sebelum akhirnya teman saya berkata, “Acaranya masih belum selesai, masih ada acara lainnya lagi, tapi beda tempat.”
Dari Prabu Anom Ke Prabu Dhoho
Ternyata terdapat dua acara bersih desa disini, satunya di Situs Prabu Anom dan satunya lagi di Makam Prabu Dhoho. Jarak dari Prabu Anom ke Prabu Dhoho tak begitu jauh, kali ini makam Prabu Dhoho terletak di tengah pemakaman Desa Doko. Warga masyarakat kembali berduyun – duyun membawa nasi kotak, bunga dan juga badek dalam wadah botol kecil. Setelah prosesi membakar menyan dan berdoa selesai, kemudian dilanjutkan dengan berebut nasi kotak dan tabur bunga sampai memenuhi makam Prabu Dhoho yang tersusun dari bata kuno dengan ukuran besar.
Tabur Bunga Makam Prabu Dhoho
Lagi – lagi terjadi peristiwa unik disini, masyarakat sekitar mulai merangsek ke makam demi mencari sebuah bunga kantil yang masih kuncup. Masyarakat percaya bahwa bunga kantil yang masih kuncup ini akan membawa berkah bagi mereka. Istilahnya, rejeki akan “kintil” atau selalu mengikuti mereka. Saya tertarik juga berebut bunga kantil, karena saya kenal sama penabur bunganya, tinggal teriak, “mas minta kantilnya… !” dikasih deh. Dan masyarakat juga ikut berteriak minta bunga kantil ke teman saya ini.
Pencari Bunga Kantil
Setelah makam dipenuhi bunga, warga sekitar mulai berebut badek yang ditaruh di sekitar makam. Saya sendiri tidak ikut berebut, karena tidak suka badek. Berebut nasi kotak juga jelas – jelas tidak saya lakukan karena tidak ikut sumbangsih nasi kotaknya, weeww…
Sekali lagi, berebut nasi disini…
Acara puncak sekaligus acara terakhir disini yaitu memperebutkan nasi tumpeng yang diletakkan dalam peti kotak. Peti berisi nasi ini juga ikut dikirab dan diletakkan di dalam Cepuri Prabu Anom sebelum akhirnya dibawa ke makam Prabu Dhoho. Kebanyakan yang berebut sejak di Prabu Anom dan Prabu Dhoho merupakan ibu – ibu. Mereka benar – benar tangkas dalam hal ini. Ciat… Ciat… Pokoknya main sikat dan dapat apa yang mereka inginkan. Ngomong – ngomong, Ibu – Ibu disini baik hati lho, saat ada yang tidak kebagian nasi tumpengnya, mereka dengan senang hati membiarkan orang lain turut mengicipi nasi yang mereka dapatkan. Rasanya, hmmm, benar – benar enak karena tumpengnya dari nasi gurih dan dimasak dengan santan yang banyak.
Seperangkat Gamelan, siap dimainkan di rumah jupel situs
Acara bersih desa di Kabupaten Kediri merupakan acara yang langka dan unik. Berbeda dengan Kota Kediri yang di setiap Kelurahan memiliki Punden dan selalu melakukan acara bersih desa setiap tahun, tak semua Desa di Kabupaten memiliki punden. Boro – boro memiliki punden, bersih desa ajah hanya terjadi di desa – desa tertentu saja. Acara Bersih Desa seperti ini memang patut dilestarikan, selain melestarikan budaya, acara ini juga memiliki makna untuk mempererat persaudaraan antara sesama warga apapun latar belakang mereka juga mengucap syukur ke Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rejeki dan keselamatan yang diberikanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar