SITUS MENGGUNG
Tawangmangu, sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang terkenal akan wisata Air Terjun Grojogan Sewu. Tak banyak yang tahu pula, Tawangmangu menyimpan sebuah peninggalan klasik dari era Hindu.
Hm, Sebenarnya, baru tahu juga tentang Situs Menggung saat browsing tentang Candi Sukuh, Candi Ceto dan Grojogan Sewu. Walaupun kepengen menginap di sekitar Candi Ceto, namun dibatalkan dan memilih mengungsi ke Tawangmangu. Ya ! Karena namanya yang sudah mengIndonesia dan udah jauh – jauh ke Karanganyar, toh tak ada salahnya untuk mampir sejenak kemari, apalagi mendengar adanya candi di kawasan ini, seperti jadi suntikan semangat untuk menginjakkan kaki ke Tawangmangu.
Bacpacker ke Situs Menggung
Banyak sekali kendaraan umum yang menuju ke Tawangmangu. Berhubung bus dari Surabaya tidak turun di terminal Karanganyar. Maka supaya tidak kesulitan naik bus, saya memutuskan turun di Terminal Tirtonadi, Solo.
> Dari sini, naik bus jurusan Solo – Tawangmangu, estimasi biaya Rp 8.000,-
> Perjalanan sekitar satu jam dan turun di Terminal Tawangmangu yang merupakan terminal terakhir.
> Berhubung tak ada angkot yang menuju ke Situs Menggung, maka ojek merupakan sarana transportasi satu – satunya. Estimasi biaya Rp 6.000,- untuk sekali jalan. Sebaiknya tawar - menawar harga dulu untuk mengantar kembali karena tak ada ojek di Situs ini dan jalannya merupakan jalan khas pegunungan dengan tanjakan dan kelokan tajam.
> Jika berkendara sendiri, maka dari Terminal Tawangmangu, terus saja dan jaraknya tak begitu jauh dari terminal. Perhatikan kanan jalan. Jika ada gapura hijau bertuliskan Desa Nglurah, maka belok saja dan ikuti jalan besarnya, maka akan sampai di Situs Menggung ini. Jika ragu atau tersesat, jangan malu bertanya pada warga sekitar.
Sehabis sarapan, maka kami bertiga memutuskan pergi ke Situs Menggung terlebih dahulu sebelum ke Grojogan Sewu. Karena tak ada ojek yang mangkal di sekitar penginapan maka kami memutuskan untuk berjalan kesana. Sialnya, saya lupa nama desa tempat situs ini berada dan sempat bertanya orangnya tak tahu dan malah ngeloyor pergi. Akhirnya kami berjalan hingga Terminal Tawangmangu dan naik ojek untuk kesana. Dan untunglah ini merupakan pilihan yang tepat.
Situs Menggung, Keadaan Sekitar
Ada yang bilang candi dan ada yang bilang situs. Saya sendiri tak tahu perbedaanya, apakah candi merupakan bangunan yang sudah direnovasi ? dan situs merupakan bangunan yang belum terjamah renovasi ? Jika begitu, maka hal tersebut sepertinya agak rancu karena Situs Menggung ini merupakan tempat yang unik. Situsnya sendiri seperti punden berundak dan mengingatkan kita akan Candi Kethek. Jika di candi Kethek kita tak bisa menemukan adanya relief atau arca, maka disini kita bisa menemukan banyak arca yang tersebar di situs ini.
Situs Menggung berada di Desa Nglurah, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari Grojogan Sewu. Jangan heran jika sepanjang perjalanan menuju Situs Menggung kita akan menjumpai banyak sekali kios tanaman hias. Desa Nglurah memang terkenal akan sentranya tanaman hias di Tawangmangu.
Seunik candi lainnya di Gunung Lawu yang berbetuk punden berundak. Situs Menggung terdiri atas tiga teras. Di teras pertama kita hanya akan menemukan empat buah patung dwarapala yang menjaga tangga menuju teras kedua. Selain sudah aus, patung dwarapala ini sendiri unik karena salah satu patungnya dipahat dua arah, depan dan belakang, persis seperti arca di Candi Ceto.
Sudut Lainnya Dari Situs Menggung
Teras kedua sangat luas. Disini terdapat bebatuan yang ditumpuk – tumpuk dan membentuk bidang persegi di beberapa tempat. Pada bidang persegi tersebut terlihat beberapa batu dengan bagian atas yang datar seperti umpak, itu berarti dulu terdapat rumah panggung di situs ini, seperti di Candi Ceto. Lanjut menuju teras ketiga, sebelumnya kita akan menjumpai sepasang arca dwarapala di kaki tangga. Di teras ketiga terdapat pohon yang teramat sangat besar yang ditutupi kain bermotif kotak dan kain kuning. Diatara akarnya yang besar kita dapat melihat sebuah arca kecil yang sudah rusak.
Di ujung teratas teras ketiga terdapat sebuah tembok yang mengelilingi dua arca yang menjadi pusat Situs Menggung ini. Kedua arca dalam tembok ini yang bisa dibilang paling utuh dibanding arca lainnya di Situs ini. Arca yang lebih pendek dikenal dengan sebutan Kyai Menggung dan arca yang paling tinggi [juga merupakan arca tertinggi di Situs ini] disebut Nyi Rasa Putih. Di bawah arca Nyi Rasa Putih terdapat sebuah batu yang memuat satu – satunya relief di situs ini. Tak diketahui makna relief ini karena hanya sepotong saja.
Legenda
Satu – satunya petunjuk yang menandakan kalau situs ini merupakan peninggalan Hindu adalah adanya yoni yang terbalik di pelataran teras dua. Yoni di situs ini sendiri sangat unik karena bentuknya bulat. Tak ada papan informasi di situs ini, bahkan pos penjaga di bawah situs kosong melompong. Tak ayal, internet merupakan satu – satunya sarana untuk menggali informasi tentang situs ini. Kata Menggung didapat dari Kyai Menggung yang diyakini merupakan julukan Narotama, putra Bali yang jadi pengikut Raja Airlangga. Dia mengembara ke Nglurah untuk mendekatkan diri ke Hyang Widhi. Dari perbuatannya ini, kata Menggungpun didapat yang berarti “melengake marang Gusti Kang Maha Agung” (memusatkan segala perhatian kepada Tuhan Yang Maha Agung).
Arca kyai Menggung Dan Nyi Rasa Putih
Narotama lalu bertemu Nyi Rasa Putih yang sakti yang tinggal di desa seberang. Mereka berdua sering bertengkar hingga melibatkan warga desa mereka. Lambat laun, benci berubah jadi cinta dan merekapun menikah [kaya sinetron ja :D] Hari pernikahan Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih yang jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Dhukut dijadikan hari diadakannya upacara Dhukutan mengelilingi dua arca utama sebanyak tujuh kali, baru kemudian melaksanakan Tawuran Dhukutan, dimana setelah aneka prosesi di Situs Menggung selesai, warga dari Dukuh Nglurah Lor dan Dukuh Nglurah Kidul saling lempar sesajen dan segala benda yang ada didekatnya. Setelah ritual selesai maka semua kembali damai tanpa ada dendam.
Jika kyai Menggung adalah Narotama yang hidup pada abad ke-11, maka usia situs ini sudah seribu tahun. Namun bisa juga Situs Menggung berusia sama seperti Candi Sukuh dan Candi Ceto [mengingat bentuknya yang punden berundak] karena tidak adanya data yang valid tentang situs ini.
Situs Menggung Kini
Namun yang pasti setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak sekali orang dari dalam dan luar kota mengalap berkah, mencari keselamatan dan kepentingan lainnya. Bahkan jumlah mereka sangat banyak hingga memenuhi seluruh teras. Dan saat kami kesana masih terdapat beberapa sesajen di samping dua arca utama serta adanya hio di semua arca di situs ini.
Situs Menggung terbilang rapi dan cukup bersih. Tak ada sampah plastik dari pengunjung sebelumnya yang ada hanyalah daun – daun yang berguguran. Hal ini dapat dimaklumi karena Situs Menggung terdapat banyak pohon dan berada di lereng Gunung Lawu serta di belakang situs terdapat hutan pinus.
Situs Menggung
Situs Menggung, sebuah situs unik era klasik Indonesia yang sangat potensial dijadikan tempat wisata alternatif Tawangmangu, namun gemanya seakan teredam oleh derasnya Grojogan Sewu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar