Jumat, 19 November 2010

Arca Totok Kerot


Arca Totok Kerot

Hm, Arca Totok Kerot, terletak di Dusun Bulupasar, Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Arca dwarapala yang seharusnya berpasangan ini hanya tinggal satu. 

 Bacpacker ke Arca Totok Kerot

Arca Totok Kerot terletak sekitar 6,5 Km dari pusat Kotamadya Kediri atau sekitar 2 Km dari Simpang Lima Gumul.

    >  Dari Terminal Kediri, bisa naik bus jurusan Malang dan turun di Simpang Lima Gumul. Atau, bisa juga naik angkot menuju Simpang Lima Gumul. Biaya sekitar Rp 3.000,-

    >  Dari sini, kita bisa jalan kaki atau naik ojek/ becak [tapi sangat jarang di daerah ini] sejauh 2 Km dengan mengikuti papan petunjuk yang bertuliskan PAGU.

    >  Pedomannya, setelah Simpang Lima Gumul, kita akan melewati pemukiman penduduk, selanjutnya melewati persawahan. Nah, sebelum memasuki desa selanjutnya, perhatikan kanan jalan, akan ada jalan yang langsung menuju arca. Mobil bisa langsung  lewat dan dari jalan desa tersebut, Arca Totok Kerot sudah terlihat.

Arca Totok kerot merupakan arca dwarapala setinggi tiga meter yang terbuat dari batu andesit. Keadaan Arca Totok Kerot sangat mengenaskan, tangan kirinya sudah menghilang dan ada retakan besar pada bahu kanannya. Arca Totok Kerot memakai kalung dan anting – anting bermotif tengkorak. Ada hiasan di dadanya, serta memakai aksesori di tangan, kaki, serta perutnya.

Arca Totok Kerot merupakan peninggalan Kerajaan Kediri karena adanya hiasan Candrakapala, berupa tengkorak bertaring diatas bulan sabit. Hiasan Candrakapala merupakan lambang dari Kerajaan Kediri dan hiasan ini terletak di atas kepala Arca Totok Kerot.

            Kemungkinan besar, Arca Totok Kerot merupakan pintu gerbang sebelah barat istana kerajaan atau juga merupakan pintu masuk ke sebuah candi. Entahlah, tak ada yang tahu karena tidak pernah dilakukannya penggalian disekitar arca.

Sejarah Penemuan

Arca Totok Kerot Sebelum Direnovasi, Difoto Sekitar Tahun 1986 - 1989


Sekitar tahun 1981, penduduk sekitar melaporkan ada benda besar dalam sebuah gundukan di tengah sawah dan berada di bawah pohon besar. Pada tahun itupulalah gundukan tersebut dibongkar hingga memperlihatkan sosok Arca Totok Kerot. Namun, penggalian hanya menampakkan setengah badan bagian atas dari arca.

Pada tahun 1983, pemerintah mulai memperbaiki daerah sekitar Arca Totok Kerot dengan membangun jalan menuju arca dan menutup gorong – gorong di depan arca. Arca Totok Kerot masih dibiarkan terbenam setengah badan di dalam tanah.
Tahun 2003, penggalian kembali dilakukan pada Arca Totok Kerot. Arca diangkat sepenuhnya dari dalam tanah dan dibuatkan tempat dudukan arca dari beton. Disekitar arca yang dulunya berpagarkan kayu mulai dibuatkan pagar dari besi. Kondisi arca dipercantik dengan dibuatkan taman kecil serta pos penjagaan.

Legenda
           
            Legenda bercerita bahwa Arca Totok Kerot merupakan penjelmaan dari Putri dari daerah Lodoyo, Blitar. Tersebutlah pada zaman dahulu sang putri ingin melamar Raja Joyoboyo dari Kerajaan Kediri. Raja Joyoboyo menolak lamaran tersebut hingga pecahlah perang antara kedua belah pihak. Kemenanganpun diraih oleh Kerajaan Kediri dan Raja Joyoboyo mengutuk sang putri menjadi batu berwujud raksasa.

            Masyarakat Kediri juga memiliki legenda tersendiri tentang Arca Totok Kerot. Masyarakta beranggapan bahwa Arca Totok Kerot terbenam separuh badan karena arca tersebut sangat berat, hingga tanah dibawah arca tidak kuat menopang berat arca. Kenyataannya, Arca Totok Kerot bukan tenggelam karena kelebihan berat badan dan kurang diet, melainkan penggalian yang tidak dilanjutkan.

            Masih ada legenda tentang Arca Totok Kerot. Legenda ini masih berkesinambungan dengan legenda diatas, bahkan lebih heboh daripada legenda berpindahnya Arca Ganesha Boro. Disebutkan bahwa Arca Totok Kerot pernah dipindah dari tempat asalnya dan diletakkan di Alun – Alun Kota Kediri. Hanya dalam waktu semalam, Arca Totok Kerot tidak betah akan tempat barunya. Arca Totok Kerot mulai menyusun rencana melarikan diri.

            Pada tengah malam, tiba – tiba saja terkumpulah tujuh ekor sapi dan dua ekor gajah di alun – alun. Kesembilan hewan tersebut lalu menarik Arca Totok Kerot menuju Dusun Bulupasar, tempat asal sang arca. Karena Arca Totok Kerot teramat sangat berat (seperti legenda nomor dua), hanya beberapa meter saja, kesembilan hewan tersebut tidak kuat menarik arca dan meninggal karena kecapaian.

            Paginya, melihat Arca Totok Kerot telah berpindah tempat dan adanya hewan – hewan tak bernyawa disekitarnya, akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengembalikan lagi ke tempat asalnya. Legenda ini dipercaya terjadi sekitar tahun 80’an, berselang beberapa tahun semenjak Arca Totok Kerot diketemukan.

Kondisi Terkini

            Walaupun berada di tengah sawah,nyatanya Arca Totok Kerot ini sering dikunjungi wisatawan, apalagi kalau hari libur. Sayangnya, wisatawab hanya singgah beberapa menit kesini setelah sebelumnya sekadar berfoto dan mengagumi kemegahan arca tersebut. Plus masih ada pedagang makanan yang setia berjualan disini.



Arca Totok Kerot Sudut – Sudut Lainnya

            Saat saya berkunjung kemari, tampak beberapa wisatawan silih berganti ke situs ini. Beberapa naik kendaraan bermotor dengan membonceng anak – anak mereka yang tampak antusias melihat Arca Totok Kerot. Bahkan ada anak kecil yang awalnya sangat bersemangat melihat arca hingga rebut sendiri di dalam mobil, namun langsung menangis ketakutan karena melihat rupa arca yang mengerikan.

            Anehnya, saat saya meminta izin masuk ke dalam situs ke juru peliharanya, saya dilarang masuk. Katanya tidak boleh tanpa disertai penjelasan ilmiah dan masuk akal. Hal yang sangat aneh, padahal Arca Dwarapala di Singosari atau Arca Ganesha Boro boleh dimasuki, dipeluk – peluk dan diajak foto bersama. Pada zaman dahulu, Arca Totok Kerot yang masih terbenam juga boleh dimasuki.
           
            Ya udahlah, karena tidak boleh masuk, berarti hanya bisa memfoto dari luar pagar. Saat saya sedang memfoto inilah saya kembali didekati Jupel situs dan bertanya,
            “ Masnya mau naruh apa ?? Kalau mau naruh sesuatu boleh masuk kok, “
Kontan saja saya mau tertawa, lha wong saya cuma mau melihat arca yang terkenal seantero Kediri ini dari dekat (juga kepengen tahu kehalusan arcanya, apakah lebih halus dari Arca Gayatri di Candi Boyolangu) dengan tersenyumpun saya menolaknya. Kalau ga boleh masuk ya ga usah masuk, simple ! Ternyata kalau diperhatikan ada seseorang menaruh untaian buah kedondong belum masak di tangan kanan arca.
Arca Totok Kerot 

            Hm, mungkin kalau tempat ini dikelola secara maksimal seperti dibuat taman misalnya, bisa menadatangkan keuntungan ke Pemkab Kediri; mengingat hanya setengah jam saja saya disana, puluhan wisatawan datang mengunjungi Arca Totok Kerot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar