Hm, Candi Mirigambar terletak di Dusun Mirigambar, Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Candi Mirigambar ± 7 Km dari pusat kota.
Bacpacker ke Candi Mirigambar
(Maaf jika loadingnya lama dan berat karena banyaknya gambar)
Agak susah juga untuk pergi ke Candi Mirigambar karena letaknya yang agak terpencil.
> Dari arah Blitar atau Kediri, kita turun di Pertigaan Jepun. Jarak pertigaan ini dengan Terminal Tulungagung sekitar 1,5 Km.
> Dari sini, kita dapat naik angkot kuning jurusan Kalidawir. Minta sama supir angkotnya diturunkan ke jalan terdekat menuju Candi Mirigambar, atau kalau mau kita bisa negosiasi dengan supir angkotnya untuk
diturunkan di Candi Mirigambar + dijemput dengan biaya sekali jalan Rp 30.000,- [nego] (Berarti kalau ditotal jadinya 60 ribu) Harga yang mahal, mungkin karena supirnya dikejar setoran [pernah ditawari begitu, tapi langsung saya tolak].
> Langkah lainnya, kita bisa naik bus ke Blitar dan turun di Pasar Ngunut. Biaya Rp 4.000,- s/d Rp 5.000,- Dari sini kita bisa naik ojek atau becak menuju Candi Mirigambar.
> Jika berkendara sendiri, dari arah Tulungagung, maka sebelum Pasar Ngunut, akan ada perempatan, belok kanan, lurus saja, lalu ada pertigaan lagi, belok kanan. Jika ragu kita bisa bertanya warga arah ke Desa Mirigambar. Sepanjang perjalanan ini kita akan berjumpa banyak sekali papan petunjuk yang mengarah ke Candi Mirigambar, jadi jangan sampai takut tersesat atau rajin – rajinlah bertanya kepada penduduk sekitar. Lebih jelasnya, lihat sini, Pasar Ngunut berada di arah utara.
Candi Mirigambar dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan Candi Angling Dharma. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa di candi ini dulunya merupakan tempat bertemunya Angling Dharma yang telah dikutuk menjadi burung Belibis dengan putri yang kelak jadi calon istrinya. Bahkan, di Desa Mirigambar terdapat stasiun radio dengan nama Radio Angling Dharma.
Setelah mengikuti petunjuk jalan, akhirnya saya sampai jumpa di Candi Mirigambar yang terletak di ujung sebuah lapangan dan diapit dua buah pohon beringin dalam ukuran besar. Seperti Candi Boyolangu (atau Candi Gayatri) papan petunjuk terakhir langsung mengarah ke depan candi.
Candi Simbol Perpindahaan Kekuasaan
Candi Mirigambar merupakan candi Hindu dan juga candi tunggal tanpa candi perwara serta terbuat dari batu bata. Candi Mirigambar hanya tersisa bagian kaki candi dan sedikit badan candi ini memiliki panjang 8,5 m. Tinggi 2,35 m. Lebar 7,7m. Candi Mirigambar menghadap ke barat. Pada pintu masuknya dilengkapi dengan pipi tangga yang penuh dengan ukiran indah serta ada gapura yang telah runtuh. Kemungkinan besar pintu masuk candi merupakan gapura tipe paduraksa yang memiliki atap seperti di Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Di tangga pintu masuk, bagian atasnya dibuat dari batu andesit, sedangkan bagian bawahnya masih tetap batu bata. Di atas gapura yang telah runtuh juga terdapat dua arca dari batu andesit. Masing – masing di sisi kanan dan kiri. Sayangnya bentuk kedua arca ini sudah tidak utuh lagi dan lagi – lagi tanpa kepala serta sulit dikenali. Hanya bagian tangan dari arca ini yang masih dapat dilihat.
Saat saya kesini, ada sebuah batu andesit yang sepintas seperti tempat duduk. Setelah saya duduki, saya curiga kalau batu itu merupakan bagian dari candi (sepertinya batu ini sekarang difungsikan sebagai tempat duduk). Setelah diamati, ternyata bagian bawahnya terdapat angka tahun 1310 Saka atau 1388 Masehi. Batu angka tahun ini seharusnya terletak di atas pintu masuk candi. Pada dinding kaki candi sisi timur juga diketemukan pahatan angka tahun 1321 Saka atau 1399 Masehi. Sayangnya, bagian candi sisi timur ini sudah rusak berat.
Tahun – tahun tersebut merupakan tahun pergantian pemerintahan atara Raja Hayam Wuruk dengan Wikramawardhana. Wikramawardhana adalah raja kelima Kerajaan majapahit menggantikan Raja Hayam Wuruk yang telah wafat pada tahun 1389 M. Hal ini juga sesuai dengan isi prasasti tembaga yang konon juga diketemukan tidak jauh dari Candi Mirigambar.
Ada Udang Dibalik Batu Candi
Selain dikenal sebagai tempat bertemunya Burung Belibis Angling Dharama dengan sang putri,masyarakat sekitar juga beranggapan bahwa relief – relief di Candi Gambar merupakan relief yang menceritakan kisah Angling Dharma. Sebenarnya, relief – relief di Candi Mirigambar menceritakan kisah Panji. Relief Panji sendiri mudah dikenali karena memakai topi tekes atau blangkon, bertelanjang dada serta memakai penutup kain pada bagian bawahnya.
Pada bagian pilaster kaki candi terpahatkan sesosok wajah garuda. Pipi tangga juga berhisakan relief serupa pada sisi kanan dan kiri, sayangnya, relief wajah singa yang seharusnya menghiasi bagian depan tangga masuk telah aus dan rusak.
Hal unik tentang Candi Mirigambar adalah adanya relief udang. Relief ini terpahatkan di tubuh candi dan dihiasi sulur – sulur tanaman. Relief udang ini, sejauh yang saya tahu hanya terdapat di Candi Mirigambar. Disebelah relief udang dulunya terdapat relief dua ekor kelinci. Namun karena sudah aus termakan usia, relief ini telah rusak. Para ahli masih belum mengetahui cerita yang terkandung dalam relief hewan ini.
Kisah Candi Mirigambar dan Candi Tuban
Bagian Atas Candi Mirigambar Yang Runtuh
Bagian Belakang Candi Mirigambar Yang Runtuh
Candi Mirigambar kurang jelas kapan diketemukannya, namun laporan Belanda tahun 1915 menyebutkan bahwa kondisi candi tidak jauh beda dengan sekarang. Berdasarkan foto dari N.J.Krom, bagian timur candi sudah rusak namun masih terdapat relief, serta gapura masuk yang lebih tinggi, beberapa relief di kaki candi masih ada dan masih utuh (termasuk relief kelinci) dan juga pilaster garuda masih terdapat di beberapa sudut candi.
Menurut penuturan Pak Suyoto, juru pelihara Candi Mirigambar, di kawasan sekitar candi sering diketemukan batu – batu komponen candi. Bahkan masyarakat juga menemukan empat batu angka tahun lagi. Sayangnya dua batu angka tahun tersebut dijadikan alas jembatan dan dua lainnya masih bisa dilihat karena dibiarkan tergeletak di masjid yang berada beberapa ratus meter dari candi (saya tak sempat kesana beserta Candi Tuban karena waktu yang sempit). Hal ini menandakan, kemungkinan besar Candi Mirigambar merupakan sebuah komplek percandian.
Pada tahun 1970’an, Candi Mirigambar dipugar, pemugaran hanya sebatas menegakkan kembali badan candi yang miring, namun tidak sampai tegak sepenuhnya. Pada saat pemugaran ini, para ahli memasang besi pada pondasi candi agar candi tidak semakin miring, juga agar akar pohon beringin tidak sampai menjalar masuk ke dalam candi dan merusak candi tersebut.
Berselang beberapa tahun setelah Candi Mirigambar dipugar, relief bagian depan sisi kiri candi hilang dicuri. Sekarang yang tersisa hanyalah bidang kosong yang hampa.
Pada tahun 1967, ketika gelombang tragedi 1965 melanda kawasan ini. Aksi Ikonoklastik, yaitu aksi menghancurkan ikon – ikon kebudayaan dan benda yang dianggap berhala terjadi. Candi Mirigambar luput dari pengrusakan karena adanya petinggi desa yang melarang merusak candi ini dan kawasan candi yang dianggap angker. Massapun beralih ke Candi Tuban, dinamakan demikian karena candi ini terletak di Dukuh Tuban, Desa Domasan, Kecamatan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung. Candi ini terletak sekitar 500 meter dari Candi Mirigambar.
Candi Tuban (dok. Kompas / Dody Wisnu Pribadi)
Candi Tuban sendiri hanya tersisa kaki candinya. Setelah dirusak, candi ini dipendam dan kini diatas candi telah berdiri kandang kambing, ayam dan bebek. Menurut Pak Suyoto, jika warga mau kembali menggalinya, maka kira – kira setengah sampai satu meter dari dalam tanah, pondasi Candi Tuban bisa tersingkap dan relatif masih utuh. Pengrusakan atas Candi Tuban juga didasari legenda bahwa Candi Tuban menggambarkan tokoh laki – laki Aryo Damar, dalam legenda Angling Dharma dan jika sang laki – laki dihancurkan, maka dapat dianggap sebagai kemenangan. Candi Mirigambar sendiri digambarkan sebagai tokoh Batik Madrim sang perempuan.
Candi Mirigambar, Di Pojok Lapangan, Diapit Dua Pohon Beringin
Walaupun letak Candi Tuban jauh dari pusat kota, ternyata Candi Mirigambar terkenal dikalangan mahasiswa UI (Universitas Indonesia, Jakarta) jurusan arkeologi. Namun, saat saya kesana dan melihat buku tamu, hampir tiga minggu candi ini tak dikunjungi.
Pak Suyoto, Juru Pelihara Candi Mirigambar
Candi Mirigambar juga masih dijadikan sarana masyarakat memohon berkah jika akan melangsungkan pernikahan atau acara besar lainnya. Candi ini juga masih dijadikan sebagian orang untuk bersemedi (Baca: agar usahanya makin sukses), menurut penuturan Pak Suyoto, yang paling sering adalah orang dari Nganjuk.
Perlu diingat pula bahwa kondisi candi ini selalu terkunci. Mengingat kejadian diatas, alangkah baiknya untuk menghubungi Pak Suyoto terlebih dahulu – 081334285857 – nomor ini juga ditulis di bawah papan Candi Mirigambar namun tak begitu jelas. Untungnya, waktu saya kesini ada warga yang dengan sukarela mengantar saya ke rumah Pak Suyoto yang terbilang agak jauh dari lokasi candi.
Candi Mirigambar
Candi Mirigambar, sebuah candi batu batu dengan relief yang eksotik ini memang patut dikunjungi. Dimana lagi kita bisa melihat candi batu bata yang penuh akan relief ?? (lainnya hanya Candi Bajang Ratu dan Candi Jabung) Apalagi didukung dengan nuansa pedesaan yang asri dan dekat dengan pegunungan.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar