Makam Sunan Ampel
Hm, Makam Sunan Ampel berada di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya, Jawa Timur. Karena letaknya ditengah kota, Makam Sunan Ampel mudah dijangkau oleh kendaraan apapun.
Bacpacker ke Makam Sunan Ampel
> Dari Terminal Bungurasih, kita dapat naik angkot atau bus kota yang menuju ke Ampel.
> Jika naik kereta api ekonomi, kita bisa turun di Stasiun Semut. Jika naik kereta api eksekutif – bisnis, maka dapat turun di Stasiun Pasar Turi. Perjalanan dapat dilanjutkan dengan naik angkot atau jalan kaki sejauh 1,5 - 2 km.
> Jika berkendara sendiri, maka dapat langsung mengarahakan kendaraannya ke utara langsung menuju Ampel.
Sejarah Singkat
Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Sunan Ampel berasal dari Kerajaan Champa dan merupakan anak dari Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dengan Putri Kerajaan Champa. Kerajaan Champa sendiri telah diislamkan berkat Maulana Malik Ibrahim.
Pada tahun 1443, Sunan Ampel hijrah ke Pulau Jawa. Di Pulau Jawa, Sunan Ampel mendirikan Pondok Pesanteren di daerah Ampeldenta, Surabaya. Sunan Ampel lalu menikah dengan Putri Adipati tuban yang bernama Nyai Ageng Manila. Dari hasil pernikahan ini lahirlah 4 anak yang bernama Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, yang kelak dijadikan istri oleh Sunan Kudus.
Pada tahun 1478, Kesultanan Demak berdiri dibawah pimpinan Raden patah yang merupakan murid Sunan Ampel serta anak dari Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Setahun sebelumnya (1477), Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak. Tahun 1477 berdasarkan cendrasengkala (sandi angka tahun) yang berbunyi : “Kori Trus Gunaning Janmi” dan berarti tahun 1399 Saka.
Pada tahun 1421, Sunan Ampel wafat di Demak dan dimakamkan di Ampeldenta, tak jauh dari Masjid Ampel yang juga didirikan oleh Sunan Ampel.
Makam Sunan Ampel Kini
Bagi wisatawan yang datang berombongan naik bus, maka harus berjalan sejauh 300 meter menuju Makam Sunan Ampel. Jika naik angkot maka dapat langsung turun di depan gang masuk kampung yang langsung mengarah ke makam. Karena Surabaya merupakan daerah padat penduduk, maka ada banyak gang kecil di sekitar makam. Jangan kuatir tersesat, kita hanya perlu masuk gang yang banyak orangnya.
Makam Sunan Ampel bisa dibilang bersih dan terawat, apalagi toiletnya yang berada di perkuburan sangat bersih dan “wah”, beda jauh dengan toilet Candi Borobudur yang kotor itu. Di samping kiri halaman Masjid Ampel terdapat sumur yang diyakini bertuah. Kini air sumur telah ditampung ke dalam guci – guci besar.
Masjid Baru Sunan Ampel
Mengenai Masjid Ampel sendiri ternyata ada dua. Masjid Ampel yang didirikan Sunan Ampel berukuran kecil dan terletak di sebelah timur. Mudahnya, Masjid Ampel yang asli memiliki genting berwarna coklat tua dan terletak bersebelahan dengan Pasar cinderamata. Sedangkan Masjid Ampel yang baru memiliki genting bewarna merah cerah, berukuran lebih besar dan langsung berhadapan dengan pasar cinderamata.
Selain makam Sunan Ampel di sekitar makam juga terdapat makam lain, seperti makam Mbah Sholeh, makam Mbah Sonhaji (Mbah Bolong) serta makam pahlawan nasional Indonesia, K.H.Mas Mansyur. Sayangnya, makam – makam ini letaknya berpencar dan sedikit sekali papan petunjuknya.
Oya, disini dilarang memfoto Makam Sunan Ampel [kalau lainnya boleh]. Saya sendiri berusaha mematuhinya, namun kok ya banyak foto makamnya yang beredar ?? Gimana sih pengelolanya ??
Oleh – oleh yang khas dari daerah Ampel adalah buah kurma. Disini dan hampir disepanjang jalan terdapat banyak sekali pedagang buah kurma. Buah kurma yang dijual disini beragam jenis dengan harga yang murah (ada kurma Madinnah, Mesir, Luluk,dsb), bahkan kita tak perlu membeli sekilo, cukup beli sesuai budget yang diinginkan. Seperti yang saya lakukan dengan uang Rp 20.000,- minta dua jenis kurma yang dikantong plastik sendiri. Maunya sih tiga jenis kurma, tapi kayaknya ga boleh dan pasti isinya sedikit. Sepuluh ribu aja kita dapat kurma lumayan banyak.
Jika ingin bermalam, tak usah ragu karena disekitar makam banyak sekali hotel yang siap menampung peziarah jika ingin bermalam. Mungkin, masalah yang harus dibenahi adalah banyaknya pengemis disekitar makam, bahkan beberapa diantaranya meminta dengan agak memaksa. Jika masih memiliki waktu, kita bisa juga berkunjung ke Tugu pahlawan beserta museumnya, Jembatan Merah dan juga House of Sampoerna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar